Lompat ke konten
Home » Jelang Ramadhan, Dompet Dhuafa Singgalang Sosialisasikan #JanganTakutBerbagi

Jelang Ramadhan, Dompet Dhuafa Singgalang Sosialisasikan #JanganTakutBerbagi

Selasa (26/3) saya dan beberapa praktisi media diundang oleh Dompet Dhuafa Singgalang (DD Singgalang) untuk singgah di Rumah Singgah Pasien (RSP) yang mereka kelola di daerah Jati, Padang. Sejumlah praktisi media yang hadir itu berasal adalah wartawan media online, televisi lokal, radio hingga influencer di Instagram–dan sepertinya hanya saya sendiri yang datang sebagai blogger.

Kedatangan kami disambut hangat oleh Hadie Bandarian Syah, selaku pimpinan cabang DD Singgalang, berserta timnya. Selain itu, acara “Briefing Media” siang itu juga dihadiri oleh penghuni RSP yang dikelola oleh DD Singgalang bekerja sama dengan Unit Pengumpulan Zakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (UPZ FK UNAND).

Menurut penuturan Mas Hadie–sapaan akrab pimcab DD Singgalang, Acara “Briefing Media” siang itu adalah pengenalan awal program ramadhan Dompet Dhuafa yang diberi nama #JanganTakutBerbagi kepada insan media yang berada di sekitar kota Padang. Lebih lanjut, Mas Hadie menjelaskan bahwa media sengaja dibawa ke Rumah Singgah Pasien agar dapat melihat secara langsung salah satu program yang dilaksanakan oleh DD Singgalang sebagai upaya untuk membantu kaum dhuafa.

 

Seputar Rumah Singgah Pasien

 

Rumah Singgah Pasien adalah salah satu program kesehatan DD Singgalang yang bertujuan membantu pasien rawat jalan ke RSUP M Djamil, Padang. Hingga saat ini, program ini sudah memberi manfaat kepada 230 orang pasien dan 408 orang keluarga pasien sejak didirikan April tahun lalu.

Saat ini DD Singgalang memiliki 2 buah rumah singgah yang terletak di daerah Jati, Padang. Satu rumah digunakan untuk tempat singgah bagi pasien anak-anak beserta keluarga mereka, sedang rumah yang satu lagi untuk pasien dewasa. Rumah yang saya datangi bersama insan media itu adalah rumah singgah yang kedua. Total daya tampung di RSP dewasa itu adalah 11 orang pasien dengan maksimal 2 orang pendamping mereka. Sedangkan RSP anak itu bisa menampung 8 orang pasien dengan maksimal 2 orang pendamping mereka. Adapun layanan rumah singgah itu mencakup tempat tinggal, makan dan ambulan gratis untuk antar jemput ke rumah sakit jika diperlukan.

Daftar penghuni Rumah Singgang Pasien DD Singgalang

Pendaftaran untuk menjadi penghuni Rumah Singgah Pasien DD Singgalang tergolong mudah.

“Syaratnya berasal dari keluarga tidak mampu, fotokopi KTP, KK, BPJS serta penyakit yang diderita bukan penyakit menular” terang Eka, pendamping RSP yang sehari-hari membersamai pasien dan keluarga mereka.

Tim DD Singgalang sendiri memang mengakui bahwa seringkali kewalahan jika RSP penuh dan banyak yang ingin menjadi penerima manfaat. Bagaimanapun kuota rumah itu harus dibatasi agar memberikan suasana yang kondusif kepada penghuninya. Jikalau ada pasien di luar sana yang tidak kebagian tempat di RSP, mereka bisa mengajukan permohonan kepada DD Singgalang untuk bantuan biaya berobat. Untuk persoalan teknis tinggal menghubungi DD Singgalang.

 

Cerita Pilu dari Penghuni Rumah Singgah Pasien DD Singgalang

 

Lelaki tua itu menyelonjorkan kakinya yang beberapa bulan lalu seharusnya sudah dioperasi. Ia kemudian bercerita panjang tentang kisah pilu hidupnya menggunakan bahasa ibu—satu-satunya bahasa yang ia kuasai.

Namanya adalah Sudirman, umur 67 tahun. Pak Sudirman berasal dari daerah yang dekat dengan Payakumbuh. Ia adalah salah seorang penghuni di Rumah Singgah Pasien DD Singgalang. Ketika diminta oleh tim DD Singgalang, beliau bercerita tentang kisah hidupnya. Suatu hari, saat sedang menaiki sepeda motor, sebuah mobil menyerempet kakinya yang tengah terbuka. Kecelakaan itu membuat kakinya patah dan harus dioperasi untuk memasang pen penyambung tulang yang patah itu.

Benda itu sudah bersarang berbulan-bulan di kaki Pak Sudirman, hingga masa untuk membongkarnya tiba ia berangkat ke RSUP M Djamil, Padang. Namun sayang, pihak rumah sakit enggan untuk melakukan operasi dikarenakan tidak ada pihak keluarga yang mau mengurus administrasi. Ketika itu, Pak Sudirman sudah kembali ke kampungnya, namun tak lama ia kembali ke Rumah Singgah Pasien lagi. Katanya, orang-orang di RSP sudah seperti keluarganya.

“Beliau ingin tinggal di sini karena orang di sini sudah seperti keluarga baginya” tutur Eka, pendamping RSP.

DD Singgalang sendiri sudah mencoba untuk menghubungi keluarga Pak Sudirman terkait operasi itu. Pernah mereka mengunjungi langsung ke Payakumbuh untuk meminta salah seorang saja agar mau mengurus administrasi operasi, namun yang mereka dapatkan hanya “iya-iya saja” dan janji akan ke Padang. Namun, ketika ditunggu-tunggu tak ada satupun dari keluarga Pak Sudirman yang ke Padang.

Meski tidak diucapkan secara gamblang, kami menangkap informasi bahwa Pak Sudirman sudah tidak punya siapa-siapa lagi yang mengurusnya. Istrinya sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, anak-anak tidaklah ada. Baginya saat ini RSP DD Singgalang adalah “rumah”-nya, tempat di mana ia merasa aman dan memiliki keluarga.

Lain Pak Sudirman, lain pula Bu Tatik. Seorang pedagang pecel di Jambi yang harus bolak-balik dua minggu sekali untuk pengobatan anaknya Yumna, balita 1,5 tahun, yang mengidap kanker neuroblastoma–sebuah penyakit sangat langka yang menyerang kurang dari 15.000 orang di Indonesia per tahunnya.

“Sudah hampir satu tahun pengobatan Yumna di Padang. Rumah singgah ini sudah seperti surga kedua bagi saya” terang Bu Tatik.

Salah seorang keluarga pasien yang saya tanyai juga merasa terbantu sekali dengan adanya program Rumah Singgah Pasien dari DD Singgalang ini.

“Kalaulah hari mencari kos, itu butuh biaya 100 ribu per hari, belum termasuk konsumsinya” kata beliau yang datang dari Surabaya untuk menemani ibunya yang sedang rawat jalan di RSUP M Djamil.

Pak Sudirman dan Bu Tatik hanyalah 2 dari sekian banyak orang yang sudah terbantu dengan adanya program RSP ini. Namun, tentu saja akan lebih baik jika ada partisipasi dari masyarakat untuk membantu meringankan beban para dhuafa yang lebih banyak lagi di luar sana. Jika hati kita tergerak untuk membantu, jangan pakai nunggu-nunggu. Salurkan bantuan kita seberapapun yang kita bisa. Salah satunya adalah melalui lembaga ZISWAF Dompet Dhuafa.

 

Jangan Takut Berbagi

 

Tak lama lagi Ramadhan akan datang. Bulan penuh rahmat dan ampunan. Bulan di mana kebaikan kecil saja akan dinilai luar biasa. Di bulan itu orang-orang berlomba-lomba untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Salah satu “perlombaan” yang baik di bulan Ramadhan adalah sedekah. Ramadhan tahun ini Dompet Dhuafa mengusung tagline #JanganTakutBerbagi untuk membangkitkan semangat berbagi terhadap yang membutuhkan. Semangat berbagi menjadi esensi yang kuat bagi Dompet Dhuafa untuk mengajak masyarakat terlibat di berbagai kebaikan.

Dompet Dhuafa Singgalang sendiri saat ini telah memiliki 8831 orang donatur tetap. Tahun 2018 lalu, DD Singgalang berhasil menghimpun dana ZISWAF sebesar 2,9 milyar dari masyarakat Sumatera Barat. Dana itu dikelola dan disalurkan melalui 4 pilar program yaitu ekonomi, dakwah, kesehatan dan pendidikan. Tahun selalu sebanyak 11.984 orang telah menjadi penerima manfaat dari program-program DD Singgalang. Semoga tahun ini bertambah, dan lebih banyak lagi masyarakat yang dapat berpartisipasi. Termasuk kita, seberapapun yang kita bisa.

#JanganTakutBerbagi karena berbagi tak akan rugi. Bersama kita #SalingMendukungSalingMenguatkan.[]

Bagikan yuk:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *