Sekedar cerita, semenjak 2009 sejak saya pertama kali belajar ngeblog, kira-kira sudah lebih dari 10 domain yang pernah saya beli. Tapi gak banyak yang jadi. Ada yang pernah beli tapi gak diurusi, ada yang beli setahun tapi gak profit jadi disudahi. Macam-macam lah. Tapi ada satu irisan maksud dari setiap saya membangun sebuah blog, yaitu agar kata-kata yang saya tuliskan di blog itu dapat mempengaruhi orang lain.
Yah, paling tidak saya bisa memberi warna pada dunia dengan tulisan-tulisan sederhana saya.
Kekuatan Kata
Di suatu rumah yang kecil tinggallah seorang pria tua, bersama dengan istrinya yang tentu juga sudah tua. Mereka memiliki sekian anak, tapi semuanya sudah memiliki rumah masing-masing. Meskipun tinggal terpisah dari orang tuanya, anak-anak mereka kerap bergiliran mengunjungi orang tuanya. Minimal sekali sebulan ada yang datang serta memboyong keluarga kecil mereka. Tak jarang juga mereka membawa buah tangan dan hadiah buat orang tua tercinta. Intinya pada saat itu sang ayah dan ibu yang sudah tua bersyukur dan bahagia dengan perhatian anak mereka.
Tapi sayang, kedua lansia itu punya tetangga yang sirik pakai banget. Alhasil, dikompor-komporilah sepasang kekasih renta itu dengan kata-kata yang sebenarnya tak begitu panjang. Si tetangga hanya bilang “masa mereka datangnya cuma sekali sebulan, untuk orang tua yang sudah susah-susah membesarkan mereka!”.
Akhir ceritanya tebak sendiri ya!
Well, sebagian besar hal yang merusak hubungan itu adalah akibat kata-kata, yang hadir dalam ucapan ataupun tulisan. Karena pada dasarnya kata itu adalah medium, untuk mempengaruhi orang lain—menanamkan doktrin, menyampaikan pesan, menghasut dan lain sebagainya.
Masih seputar kekuatan kata nih, ada satu kutipan yang sangat saya suka, barangkali ini menjadi salah satu motivasi saya belajar sastra dahulu—meskipun saya adalah mahasiswa teknik mesin. Kutipan ini bukanlah datang dari sastrawan besar dunia ataupun lokal. Ia datang dari seorang tokoh sejarah jauh di masa lampau. Kata-kata yang keluar dari benak Umar bin Khattab ra, yang benar-benar bernas.
Pada masanya Umar bin Khattab pernah berkata: “Ajarkanlah anak-anakmu sastra karena itu dapat mengubah yang pengecut menjadi pemberani”, biar lebih kece saya tulis dalam quote di bawah:
Ajarkanlah anak-anakmu sastra karena itu dapat mengubah yang pengecut menjadi pemberani
Semasa hidup Umar ra dahulu, jazirah Arab terkenal dengan syair dan para penyairnya yang luar biasa. Bahkan, syair ini dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat pada saat itu. Saking powerful-nya syair pada saat itu, Allah swt. menurunkan Al-Qur’an sebagai mukjizat Muhammad saw. untuk melawan semua syair-syair orang Arab itu. Faktanya, kata-kata dalam Al-Qur’an adalah mahakarya yang sangat indah, tak terkalahkan oleh syair manapun, hingga hari ini.
Konon, Umar ra. yang dulunya terkenal sangat garang terhadap Islam berbelot masuk Islam karena mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an yang pada awalnya dia kira adalah syair. Ia terhanyut dalam irama dan indahnya kata-kata kitab suci umat Islam itu, dan Tuhan mengetuk hatinya melalui momen tersebut.
Contoh lain? Kamu bisa baca kisah hidupnya Bung Karno hingga Nelson Mandela dan deretan tokoh hebat lainnya yang mampu menggerakkan banyak orang lain melalui perkataannya.
Setiap Orang Adalah Influencer
Para praktisi media menyebut seorang pegiat media sosial dengan banyak pengikut sebagai influencer. Itu karena apa yang ia bicarakan akan sangat mungkin di-amin-kan oleh para pengikutnya. Sebut saja dua nama ini, Jonru dan Tere Liye. Keduanya sangat aktif di media sosial dan postingannya selalu disukai dan dibagikan banyak orang. Kemarin-kemarin ini Tere Liye sempat menghebohkan media nasional dengan hitung-hitungannya soal pajak penulis. Nah, kalau Jonru? Jangan ditanyai lagi, bahkan saking powerful-nya dia sampai muncul satu kosa kata baru yaitu #menjonru.
Tapi teman-teman, saya tidak mau lebih lanjut membahas mereka, saya sadar kapasitas saya tak sebesar mereka. Mari kita kembali mengenai pembicaraan ini, soal kata-kata tadi. Dan kamu tidak perlu menjadi #Jonru ataupun #TereLiye agar bisa memberi pengaruh pada orang lain. Karena pada dasarnya setiap kita adalah influencer, selama kita masih punya akses komunikasi dengan orang lain.
Kita mungkin tidak tahu, jika ada satu-dua orang yang setia menunggu dan membaca tulisan-tulisan yang kita buat. Kita juga tidak tahu, mungkin ada satu-dua orang yang terinspirasi dengan sepak-terjang yang kita lakukan. Mungkin masing-masing kita punya pengagum rahasia yang menjadikan kita sebagai acuan, pedoman dan standar penilaiannya. Well, namanya juga pengagum rahasia ya, mana mungkin mereka ngaku “Aku kagum lho sama kamu!”.
Satu atau dua orang itu saja adalah aset, adalah ladang buat kita untuk berbagai pengalaman serta pemahaman. Pada akhirnya kita hanya perlu melakukan suatu hal yang kita yakini baik, karena setiap kebaikan akan menemukan muaranya.
…kita hanya perlu melakukan suatu hal yang kita yakini baik, karena setiap kebaikan akan menemukan muaranya
To Do List
Segmen terakhir dalam tulisan ini adalah langkah sederhana yang perlu kamu lakukan agar kata-katamu dapat mempengaruhi orang lain. Saya akan tulis dalam bentuk daftar, sebagaimana sub judulnya.
Temukan platform sendiri dan fokus pada satu atau dua saja
Platform yang saya maksud adalah wadah. Biasa luring atau daring (btw, itu bahasa resmi untuk offline dan online lho!). Kalau wadah luring bisa di komunitas, organisasi bahkan di kos-kosan. Kalau daring ya bisa media sosial, seperti jejaring sosial, blog dan sebagainya.
Bangun jaringan sebanyak mungkin meskipun tidak kenal di dunia nyata
Di luar sana banyak ya orang yang gak mau terima permintaan pertemanan di media sosial karena gak kenal sama yang nge-add. Itu gak masalah sih, tapi jika kamu memang berniat memberi pengaruh baik pada orang lain, perluas jaringanmu meskipun tidak kenal di dunia nyata. Bukan hanya orang yang kamu kenal lho, setiap orang berhak mendapatkan kebaikan darimu. Pertemanan saya di Facebook sampai hampir 5000 orang dan yang saya kenal paling banter 40% nya (itupun kalau perkiraan saya gak salah).
Temukan satu topik atau konsisten dengan satu tema umum
Biar lebih mudah dalam menyebarkan pengaruh pada orang lain, sebaiknya kamu fokus pada satu topik saja. Atau kalau terlalu sulit membuat atau mencari konten, carilah satu tema umum. Misalnya dakwah islam, hiasi linimasa dengan postingan bernilai dakwah. Atau sosial, warnai linimasa dengan konten kategori sosial seperti kesadaran sosial dan lainnya.
Jangan pelit memberi apresiasi kepada orang lain
At last but not least, kita sering banget ingin dapat apresiasi dari orang tapi minim sekali kasih apresiasi ke orang lain. Gak susah kok, kalau ada hal yang menurutmu baik disampaikan orang lain kamu hanya perlu mengatakan “Terimakasih telah berbagi” dan sebagainya. Kalau di media daring lebih gampang lagi, ada tombol suka, komentar dan bagikan. Dengan memberikan apresiasi kepada orang lain, mereka akan merasa dihargai. Ketika kita menghargai orang lain, orang lain juga akan menghargai kita. Semacam simbiosis gitu.
Pada kenyataannya kita, manusia, adalah makhluk sosial yang mesti menjalin komunikasi dengan manusia lainnya. Kita tidak bisa menarik diri dari kerumunan. Tidak bisa diam dalam keriuhan. Tidak bisa cuek pada lingkungan. Karena kita tidak bisa hidup sendiri. Dan dari setiap apa yang kita punya, ada hak orang lain di dalamnya. Semoga itu menjadi motivasi bagi kita untuk berbagi. Karena, betapa indahnya dunia ini, jika kebaikan saling mempengaruhi dan membentuk simpul yang menyifoni. Salam dari hati.[]