Antara tega dan tidak tega, mungkin begitulah perasaan saya saat menolak seorang salesman yang datang ke rumah beberapa tahun yang lalu. Salesman itu seorang lelaki muda yang amat energik. Saya bisa melihat raut semangat di wajahnya. Wajah itu jua lah yang membuat saya tidak tega menolak di menit-menit pertama ia datang.
Bisa dibilang saat itu saya tidak sepenuhnya menyangka bahwa yang datang itu adalah seorang tenaga pemasaran. Pasalnya, rumah kami terletak di kampung, jarang-jarang ada orang yang datang langsung ke rumah untuk promosi.
Alhasil, kami menerima lelaki itu dengan baik, menjawab salamnya dan membolehkan ia masuk. Beberapa menit setelah itu, saat ia mulai menyampaikan untaian kalimat “brainstorming” dari direct selling-nya, barulah kami yakin betul kalau si abang yang datang adalah seorang salesman.
Sebenarnya, waktu itu saya tidak sendiri, saya bersama ibu saya. Saya tahu ibu akan kesulitan untuk menolak–atau paling tidak menjeda–si abang sales dari kegiatannya. Akhirnya saya yang memutuskan untuk melakukannya. Kenyataannya memang kami tidak butuh barang yang akan ia promosikan itu. Makanya saya menolak dengan sedikit “keras”–yang pada akhirnya justru saya yang baper sendiri dengan perasaan bersalah.
Saya tuh jadi kepikiran “Apa ada orang yang mau membeli barang yang ia tawarkan?”, “Apa setelah berkerja sepanjang hari ia bisa dapat klosingan?”, “Apa semua prospek memberikan respon yang baik atau malah berkata-kata kasar?”, dan berbagai pertanyaan lainnya. Semua pertanyaan itu membawa saya pada satu kesimpulan : semakin berkembangnya zaman, metode direct selling atau penjualan langsung semakin menemukan tantangan.
Tantangan Pemasaran Langsung di Era Digital
Seseorang mungkin saja meragukan pernyataan saya tadi, dan berkata “apa dasar Anda berargumen seperti itu?”. Terutama mereka yang berasal dari perusahaan yang masih menggunakan metode pemasaran klasik direct selling itu. Tapi tunggu dulu, saya tidak mengatakan pemasaran langsung tidak lagi relevan, hanya saja memang semakin banyak tantangannya.
Cerita yang saya sampaikan di atas tadi lah contohnya. Kira-kira, menurut Anda, bagaimana cara salesman menentukan rumah yang akan diketuk? Besar kemungkinan mereka datangi rumah secara acak, atau kalau pun tidak, mereka menilai rumah yang sekiranya punya daya beli yang cukup.
Hanya saja, masalahnya adalah mereka tidak mengetahui secara pasti apa penghuni rumah membutuhkan alat itu atau tidak. Itu belum termasuk dengan sikap atau keterbukaan penghuni rumah dengan pemasar atau marketer yang datang. Alhasil, prospek pun menjadi mentah alias tidak berhasil klosing.
Lebih jauh, karena ini sudah era digital, era ini juga memberikan tantangan lainnya terhadap produsen dan para tenaga pemasarannya. Tantangan itu berkaitan dengan tren belanja online yang terus meningkat dari masa ke masa.
Dikutip dari kontan.co.id, Bank Indonesia (BI) mengestimasi total nilai transaksi e-commerce di Indonesia mencapai Rp. 265,07 triliun di sepanjang 2019 lalu. Nilai ini meningkat drastis dari nilai transaksi tahun 2018 yang mencapai Rp. 145,95 triliun. Itu berarti minat masyarakat untuk belanja online terus meningkat.
Dengan mengutip data di atas, bukan berarti saya menyiratkan pesan bahwa direct selling tidak lagi efektif. Hanya saja, berkaca dari pengalaman pribadi, jika saya butuh membeli sebuah barang, paling tidak saya survei harga dulu di e-commerce agar tidak terbeli mahal di toko offline. Dan rasanya saya tidak sendiri, para pembaca atau siapapun juga melakukan hal itu. Ini menjadi salah satu tantangan juga bagi para agen pemasaran langsung.
“Lalu bagaimana sebaiknya, Da?” mungkin itu pertanyaan pembaca, terutama jika mereka bersinggungan dengan aktivitas pemasaran langsung ini. Baik sebagai seorang pemasar dari perusahaan Penjualan Langsung Berjenjang (PLB) atau Multi Level Marketing (MLM) mau pun perusahaan biasa. Kalau begitu…
“Coba padukan strategi pemasaran Anda dengan pemasaran digital” kata saya.
Bagaimana Digital Marketing Bisa Membantu Sebuah Bisnis
Sekarang adalah bagian pentingnya–meski pun yang sudah saya tuliskan di atas juga penting. Menurut hemat saya, ketika pemasaran digital diterapkan dalam strategi pemasaran, penjualan langsung tidak lagi bisa disebut penjualan langsung. Lebih tepatnya, bisa disebut sebagai “pemasaran langsung”.
Lantas, di sisi mana “langsung”-nya?
Digital marketing memberikan peluang kepada pemasar atau pemilik bisnis untuk menjangkau langsung calon konsumen potensial mereka. Ini akan membuat kampanye pemasaran fokus pada orang yang memang butuh produk atau jasa yang dipasarkan itu.
Sebagai contoh, jika Anda berjualan peralatan urban farming, Anda bisa melakukan penargetan pada orang-orang perkotaan yang memang minat dengan itu. Kanal digital marketing yang bisa dipilih bisa melalui iklan berbayar, influencer marketing, atau lainnya.
Saya pribadi juga bisa disebut sebagai pemasar digital. Sejak beberapa bulan yang lalu saya membuka jasa pembuatan landing page melalui web saya LamanKu. Saya menggunakan Iklan Penelusuran Google Ads untuk menemukan calon pelanggan potensial saya. Alhamdulillah, sudah puluhan landing page klien saya selesaikan.
Tapi, bagaimana tepatnya digital marketing bisa membantu sebuah bisnis? Yuk disimak beberapa poin di bawah ini.
1. Memperluas jangkauan pasar
Satu hal yang paling terang-benderang dari manfaat digital marketing terhadap sebuah bisnis adalah terbukanya peluang untuk meluaskan jangkauan pasar. Sebuah bisnis yang beralamat di kota Padang misalnya, bisa saja menjual rendang ke seluruh Indonesia dengan promosi menggunakan kanal-kanal digital. Sudah banyak lho UMKM di daerah saya yang melakukan itu. Meluasnya pasar juga memberikan ruang yang lebih besar bagi bisnis untuk meningkatkan penjualan.
2. Memudahkan pebisnis untuk melakukan penargetan khusus
Hebatnya lagi, digital marketing juga memberikan keleluasaan bagi pebisnis dalam membuat target pemirsa kampanyenya lho. Tadi saya sudah mencontohkan bisnis peralatan urban farming, contoh lainnya adalah penjualan merchandise seperti action figure, penjual bisa menjangkau permisa yang tepat lho. Jika action figure yang dijual dari franchise anime, bisa ditarget tuh penyuka anime atau pop kultur Jepang secara umum.
Jika Anda adalah pemilik bisnis, coba renungkan kira-kira permisa seperti apa yang cocok dengan produk Anda, setelah itu jangkaulah mereka dengan penargetan khusus. Baik melalui minat, usia dan sebagainya.
3. Kejar terus prospek dengan retargeting
Pernahkah Anda membuka laman promosi atau website sebuah bisnis, lalu setelah itu iklan mereka getol banget mengikuti Anda? Buka Facebook, ada iklan mereka. Buka Instagram sampai YouTube pun begitu juga. Nah, kejadian ini merupakan hasil dari yang namanya retargeting atau penargetan ulang.
Melalui digital marketing, seorang pebisnis bisa “menguber” calon konsumennya yang pernah menaruh minat sebelumnya. Bahkan Anda bisa mengingatkan mereka yang sudah memasukkan barang ke keranjang tapi tak kunjung-kunjung checkout lho.
4. Membuat bisnis bisa bersaing dengan perusahaan besar
Meski pun bisnis Anda masih dalam skala mikro, kecil dan menengah, Anda tidak perlu khawatir. Pemasaran digital juga dapat menjadi corong bangkitnya UKM di Indonesia lho. Digital marketing membebaskan batas antara satu usaha dengan usaha lainnya sehingga bisnis kecil pun dapat bersaing dengan perusahaan besar.
Skema direct selling yang kita bahas di awal barangkali memang hanya bisa dilakukan oleh perusahaan menengah dan besar karena memang harus menggaji sales, jadi mungkin berat untuk bisnis kecil lakukan. Tapi dengan adanya digital marketing Anda dapat bersaing dengan perusahaan besar itu–bahkan meski usaha Anda berdomisili di kota kecil atau desa sekalipun.
5. Meningkatkan kesadaran merek dan profesionalitas bisnis
Melalui digital marketing, sebuah bisnis juga bisa meningkatkan profesionalitas mereka di mata calon konsumen lho. Meningkatnya profesionalitas juga akan membuat kepercayaan konsumen meningkat. Di samping itu, kesadaran akan merek (brand awareness) juga meningkat.
Satu hal yang mesti kita ingat, merek adalah identitas yang dapat menentukan seberapa lama sebuah bisnis dapat bertahan.
6. Metode pemasaran yang variatif
Kanal dan metode dalam pemasaran digital itu variatif sekali. Anda bisa menempuh yang namanya Content Marketing dan Search Engine Optimization (SEO) untuk jangka panjang. Sementara untuk jangka pendek dan menengahnya bisa menggunakan metode iklan berbayar dalam Social Media Marketing, Search Engine Marketing hingga Native Advertisement.
Anda juga bisa membuka peluang kerja sama dengan sistem reselling, dropshipping hingga affiliate marketing. Bisnis kita bisa memiliki tenaga pemasaran tambahan tanpa perlu menggaji mengontrak mereka sebagai pekerja tetap nan menerima gaji secara rutin.
Tapi sayang masih banyak pebisnis yang ragu untuk memulai kampanye digital marketing karena takut rugi. Jika Anda merasakan hal yang sama, Anda harus baca poin setelah ini.
7. Memudahkan pebisnis untuk melakukan evaluasi
Meski pemasaran tradisional juga bisa dievaluasi, khusus untuk digital marketing saya berani bilang kalau evaluasinya jauh lebih mudah. Tidak hanya itu, kita bisa menyesuaikan strategi saat kampanye sedang berlangsung, tidak harus menunggu selesai dan mengubahnya di kampanye selanjutnya.
Saat menjalankan iklan penelusuran Google Ads, saya sering banget tuh mengubah-ubah anggaran harian untuk iklan. Sesekali saya jeda kalau misal sudah banyak orderan masuk. Saya juga jeda kalau saya sedang sibuk dengan urusan lain yang tak kalah penting. Semenjak menjalankan iklan berbayar sedari Juni 2020 lalu, saya berkali-kali membenarkan landing page jualan saya agar konversinya meningkat. Baik itu menyunting copywriting maupun elemen-elemen yang ada di dalamnya.
Satu hal alasan yang membuat banyak pebisnis masih ragu untuk menerapkan digital marketing adalah takut uang habis tapi penjualan tidak maksimal. Saya pun dulu juga pernah mengkhawatirkan itu, tapi walaupun klosingnya sedikit, minimal kita memperoleh data untuk dianalisis agar bisa memaksimalkan kampanye promosi selanjutnya. Data-data itu pun bisa dipakai untuk retargeting. Artinya, tidak ada yang benar-benar “boncos” dalam digital marketing jika kita mau memahaminya lebih baik.
“Tapi saya biasanya promosi langsung atau penjualan langsung, Da.” mungkin begitu protes pembaca.
Baiklah, hampir lupa nih tentang apa “strategi baru direct selling” dengan memanfaatkan digital marketing ini. Nah ini, saya punya sebuah konsep yang bisa Anda cocokkan dengan produk/jasa yang Anda jual. Ini tentang bagaimana digital marketing bisa memperbesar kemungkinan klosing ketika Anda menjalankan pemasaran dengan metode penjualan langsung.
Beberapa bisnis agaknya memang butuh untuk komunikasi melalui penjualan langsung. Sebagai contoh, sebuah perusahaan teknologi informasi (TI) lokal dengan produk Sistem Informasi untuk sekolah. Tentu akan lebih baik jika mereka bisa mendemonstrasikan serta mengadakan pelatihan langsung ke sekolah-sekolah.
Tapi sebelum itu, akan sangat baik jika mereka mendapatkan terlebih dahulu data dari sekolah yang cocok untuk diprospek. Untuk menjangkau sekolah-sekolah itu, pemilik bisnis bisa menggunakan paid ads baik melalui jejaring sosial atau mesin pencari. Promosi yang dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan lead atau prospek.
Sederhananya, mengumpulkan data sekolah yang berminat dengan produk mereka. Caranya bisa dengan mempromosikan langsung laman penjualan, atau bisa mengadakan webinar terkait untuk kepala sekolah atau guru secara gratis dan lalu mempromosikan produk di dalam webinar itu.
Setelah data terkumpul, pemilik usaha bisa merencanakan kunjungan ke sekolah yang berminat. Tujuannya adalah untuk membicarakannya lebih lanjut. Langkah ini tentu akan lebih memudahkan prospek karena sudah ada pendahuluan sebelumnya. Ya, itu lebih baik ketimbang datang saja ke sekolah-sekolah secara acak, bukan?
Tidak hanya untuk bisnis TI, pola yang sama juga bisa dipakai jika Anda adalah agen atau pengusaha di bidang jaringan internet rumah, TV kabel atau bahkan menjual produk-produk lain. Inilah alasan dari saran saya tadi mengenai memadukan penjualan langsung (direct selling) dengan pemasaran digital (digital marketing) tadi.
Jadi, bagaimana menurut Anda? Digital marketing sangat mempermudah penjualan langsung, bukan? Secara umum, digital marketing dapat disandingkan dengan pemasaran tradisional demi meningkatkan pendapatan sebuah bisnis atau usaha.
Oh ya, jangan khawatir soal biaya. Biaya iklan yang minim bisa kok menghasilkan prospek yang bagus. Tapi ada syaratnya. Syaratnya adalah Anda harus mampu merancang kampanye digital marketing secara baik. Mulai dari menyiapkan copywriting, landing page dan sebagainya.
Hanya saja, memang hal yang baru seperti ini butuh dipelajari. Sebagian orang bahkan mengatakan digital marketing itu sulit dan memusingkan. Saya pribadi sih tidak sepenuhnya sepakat. Digital marketing memang akan sulit jika dipelajari sendiri. Itu butuh waktu yang cukup panjang. Namun jika Anda ingin mempelajarinya dengan mudah dan cepat, saya sarankan untuk mengikuti kursus digital marketing.
Anda bisa mengambil kursus digital marketing di DUMET School. Lembaga kursus yang berbasis di Jakarta dan Depok ini bukanlah pemain baru di bidangnya. DUMET School sudah membuka cabang pertamanya sejak tahun 2013. Sampai sekarang, mereka sudah memiliki lebih dari 8000 orang lulusan yang sebagiannya sudah berkerja di berbagai perusahaan besar di Indonesia.
“Tapi saya domisilinya gak di Jakarta atau Depok, Da. Gimana dong?”
Nah, jika memang itu masalahnya, ada kabar baik nih. Sekarang DUMET School melayani program Privat 1 Murid 1 Instruktur dan bebas memilih kelas online atau offline. Pun jika Anda adalah orang sibuk, Anda juga bebas memilih hari & jam kursus. Jika telah ikut di satu kelas, Anda berhak dapat update materi secara gratis selamanya. DUMET School juga memberikan layanan gratis konsultasi selamanya.
Sekarang Anda sudah punya pilihan lembaga kursus yang tidak hanya bisa membimbing Anda mempelajari digital marketing dengan baik, tetapi bisa jadi tempat bertanya juga ketika Anda praktek. Jadi tunggu apa lagi? Tak bisa dipungkiri lagi bahwa digital marketing dapat membantu bisnis untuk berkembang di era sekarang ini. Jangan tunggu kompetitor merebut pasar potensial Anda. Yuk pelajari dan terapkan digital marketing bersama DUMET School dari sekarang.[]
Tantangan pemasaran saat pandemi ini, saingan makin banyak… karena banyak orang makin fokus belajar pemasaran online. Eh tapi membuat kita mengasah daya kreativitas ya Mas..
Mantap ulasan yang – elegan- dari seorang ajo ini membuat saya selalu ingin belajar membuat sebuah atau mungkin beberapa artikel keren seperti ini.
Saya sering ngulik ke ajopiaman dan nyimak beberapa WAG kepenulisan. Tapi belum sempat ketemu dan bisa menulis artikel dari olah data yang ciamik seperti ini dan seperti seluruh artikel di ajopiaman.
Bicara tentang digital marketing, yang paling saya rasakan yaitu luasnya jangkauan pemasaran. Dari awalnya gak ada yang tahu saya jual apaan, dengan memakai digital marketing jadi banyak yang tahu.
Setuju mas fad, memang betul bahwa direct selling punya tantangan sendiri. Dulu ibu saya pernah lho beli barang dari salesman yang datang ke rumah, padahal barang itu sampai sekarang gk kepake. Nyesel setelah beli? pastinya ada.
Nah setiap pemasaran barang menurutku memang punya tantangannya masing2, dan irect selling masih tetap oke kok terlebih memang orang sudah mulai agak tidak percaya dengan “salesman” yang biasanya terlalu frontal banget dalam mempromosikan produknya. Ya begitulah, seharusnya salesman juga sudah saatnya go digital x ya.? supaya apa ya supaya barangnya mudah ditemukan banyak orang. Thanks for sharinya ya mas fad…oya maaf ya mas pake link URL blog baru di komentar.
Ngomongin soal teknologi,dulu dan sekarang strategi pemasaran/penjualannya berbeda ya.
Kalau dulu kebanyakan door to door dengan beberapa orang untuk mempromosikan produk, dan itu belum tentu laku terjual karena kebanyakan orang hanya sekedar basa basi bertanya beli nggak. Yang ada malah jadi capek sendiri.
Berbeda dengan sekarang dimana era digital yang serba canggih, kita bisa promosi kesejumlah orang hanya lewat smartphone, dan calon costumer pun bisa bertanya seputar produk yang kita jual. Tentunya sangat efisien.
Barusan kemarin ada seorang direct selling MLM yang ngotot bahwa tidak semua produk bisa dipasarkan dengan cara digital marketing. Karena katanya produk MLM adalah produk yg ditawarkan dengan pendekatan persuasif. Padahal kan bisa mengkombinasikan keduanya ya Da. Saya bilang zaman berubah kalau belum bisa ya kombinasikan ehh dia ceramahi saya wkwkwk yawdah susah klo berbicara dengan orang yang punya “gelas penuh” Btw cara menguraikan konsep digital marketingnya simpel dan pragmatis. Ijin save artikel ya Da.
Pandemi begini, teknik direct selling semakin menemui hambatan yang berlipat-lipat. Mulai dari gak boleh masuk ke kompleks, apalagi sampai presentasi masuk ke rumah-rumah. Saya menduga, banyak sales yang di-PHK pada pandemi kali ini.
Perusahaan juga mungkin berpikir mulai menerapkan strategi digital marketing. Buat yang belum paham, memang sudah ada DUMET School buat belajar.
Wah thanks infonya da, aku butuh kursus digital marketing nih, meski beberapa kali sudah belajar gratis dari mp tapi tetep saja ilmu harus tetep diupgrade ya mengingat semua sekarang pemasaran serba digital
Yang saya rasakan skrg di era digital, memang belanja lebih suka online. Baik aplikasi belanja maupun media sosial. Karena nyaris semua kebutuhan ada, bahkan barang atau makanan yg sulit kita temukan di dunia “nyata”, ada di online shop. Terlebih masa pandemi yg mager aja di rumah 😀
Fenomena maraknya belanja online juga yang menyebabkan naiknya transaksi e-commerce ya Uda. Ini harusnya jadi tangkapan bagi pebisnis. Bisnis yang masih konvensional layak untuk beralih ke bisnis Digital. DUMET School bisa jadi pilihan kursus digital marketing.
Kalau hadapin salesman itu emang nyebelin tapi kasihan juga ya uda. rumah saya sering tuh kedatangan sales. bahkan pernah ibu saya terang terangan gak bisa beli alat masak yang ditawarkan karena mahal harganya dan emang pas lagi gak ada duit. mbak salesnya langsung ngasih aja tuh dagangan dia. dengan alasan capek ngider seharian gak ada yg beli. kasihan kan. tapi gimana coba?
Menurun dari sifat ibu, saya termasuk yang nggak bisa nolak beli kalau ada salesman datang ke rumah. Apalagi kalau dia sudah jalan jauh misalnya, atau belum terjual hari itu, atau semisal sudah tua. Pada ujungnya pasti saya beli, gitu juga kalau ditawarin sama spg di mall.
Ironis ketika saya di posisi penjual, saya tidak bisa menjual.
Makanya saya tertarik untuk belajar di DUMET School, apalagi ada kelebihan bisa konsultasi selamanya.
Makasih rekomendasinya Uda.