Lompat ke konten
Home » Meraup Rezeki dari Bisnis Konsultansi dengan Domain dan Website

Meraup Rezeki dari Bisnis Konsultansi dengan Domain dan Website

Selepas berhasil lulus dari jenjang S3 beberapa waktu lalu, saya mulai kelimpungan. Memang harusnya saya bahagia bisa menamatkan level tertinggi di pendidikan jalur akademik, hanya saja tepat saat itu saya telah berganti “status” menjadi pengangguran.

Tak tanggung-tanggung, seorang teman yang juga baru lulus bahkan menggunakan tagar #penganggurankelaskakap, ketika ia memposting fotonya dengan salempang bertuliskan Dr. (doktor) di akun Instagram-nya.

Ya, pengangguran kelas kakap.

Saat anda telah memiliki gelar doktor, tapi belum ada instansi yang menyambut anda untuk bekerja. Apa sebutan yang lebih “menarik” dari hal tersebut? Hmm, saya kok jadi emosional ya. Maaf. Maaf.

Nah, lantaran tak ingin tenggelam lebih dalam di kondisi “menganggur” ini, saya berinisiatif mengatakan suatu ide kepada teman saya yang senasib seperjuangan alias sesama #penganggurankelaskakap lainnya: “Bagaimana kalau kita barengan buat lembaga konsultan pendidikan?”.

Jujur, waktu itu saya belum punya gambaran apa-apa tentang bisnis konsultansi—selain hanya perlu menyediakan waktu untuk berdiskusi dengan orang lain dan dibayar untuk itu. Bisa dibilang pada saat itu saya hanya asal ngomong saja—kalau kata orang Minang istilahnya asa ka malantong atau asal berbunyi saja.

Setelah itu saya jadi pikir-pikir lagi, sepertinya itu menarik, kita hanya perlu ngomong, kasih nasehat dan kita dibayar. Enak banget ya, setidaknya begitu pikir saya awalnya, sampai saya memberanikan diri bertanya pada seorang kenalan yang berprofesi sebagai psikolog klinis dan ternyata menjalankan bisnis jasa konsultansi tak semudah membayangkannya.

Branding Adalah Kunci Memulai Bisnis Konsultansi

“Assalamu’alaikum Kak. Kalau ada waktu, boleh gak tanya2 soal dunia konsultan?” sebuah pesan WhatsApp saya kirim pada seorang kenalan. Tidak menunggu lama, yang ditanya pun membalas. Namanya Yova, seorang psikolog yang berhasil memboyong gelar sarjana dan master di bidang psikologi dari salah satu kampus ternama di Indonesia.

Tidak lama setelah beliau menjawab “boleh”, saya tidak menyia-nyiakan waktu, jarang-jarang saya bisa mencari informasi dari seorang praktisi yang sudah berpengalaman. Namun lantaran tak ingin menganggu kesibukan beliau, sebuah pertanyaan “pamungkas” langsung saya layangkan.

“Kalau kakak sendiri biasanya cari klien itu gimana? Karena ada lembaga mungkin lebih gampang ya” tanya saya tanpa basa-basi.

“Tidak juga, tetap harus promosi. Apalagi banyak yang belum paham Psikolog itu apa, dan tugasnya seperti apa. Atau malah gengsi krn Psikolog dianggap dokternya orang sakit jiwa” balasnya tegas. Ia kemudian berkata bahwa kebanyakan kliennya berkonsultasi dengannya via online.

Satu hal yang saya tangkap dari jawaban itu, bisnis jasa konsultansi apapun selalu menghadapi masalah yang sama, yaitu belum teredukasinya calon klien (masyarakat kebanyakan) terhadap jasa profesional di bidang konsultansi ini. Padahal jasa konsultansi termasuk salah satu barang/jasa yang masuk dalam pengadaan pemerintah lho.

Pemerintah bahkan memberikan definisi tersendiri dari istilah “jasa konsultansi” ini. Termaktub dalam salah satu pasal di Peraturan Presiden (Perpres) No. 54 Tahun 2010, jasa konsultansi dapat diartikan sebagai layanan profesional yang membutuhkan keahlian khusus atau tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir. Dua kata terakhir yang sengaja saya tebalkan itu menyadarkan saya bahwa sebenarnya bisnis konsultansi itu tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan.

“…Memang harus mulai personal branding ya” lanjut saya menanggapi.

“Benar…klo jasa memang mainnya di branding. Karena jualannya gak keliatan” balasnya lagi.

Pada kenyataannya memang “menjual hal yang tidak kelihatan” itu bukan hal yang mudah. Saya membayangkan, tatkala saya datang ke sebuah instansi pendidikan dan menawarkan “jasa konsultansi”. Boro-boro dapat klien, orang-orang kemungkinan besar akan bertanya “anda siapa?”. Hal itu wajar sih ya, karena menjual “omongan” tak semudah menjual gorengan. Sebelum omongan kita laku, kita perlu meyakinkan orang bahwa kita “pantas” untuk mengomongkan itu.

Tapi intinya sebelum memulai sebuah bisnis jasa konsultansi, hal yang perlu saya (dan mungkin juga Anda) lakukan adalah memulai upaya branding—bisa personal branding jika ingin menjadi konsultan independen atau branding lembaga/perusahaan konsultansi tempat kita bekerja. Dan, upaya branding ini bisa dimulai dengan menggunakan domain dan website.

Meraup Rezeki dari Bisnis Konsultansi dengan Domain dan Website

Sebagaimana rindu, kita juga tidak bisa menahan laju waktu. Waktu terus bergulir menggulung kejadian menjadi kenangan. Dan, selalu ada hal baru yang berdatangan ketika waktu terus berjalan. Salah satunya adalah berkembangnya zaman dengan teknologi-teknologi kekinian yang menawarkan begitu banyak kemudahan. Seperti adanya internet misalnya.

Seiring berkembangnya internet, dunia digital terhampar luas dengan berbagai macam dampaknya. Salah satu dampak baiknya adalah membuat bisnis konsultansi menjadi lebih mudah dan meriah.

Selain bekerja untuk lembaga yang ia miliki dan pimpin sendiri, Kak Yova, psikolog yang saya ceritakan tadi, juga membuka jasa konsultansi melalui salah satu aplikasi konsultansi kesehatan yang ada di Indonesia. Ia terdaftar sebagai salah satu psikolog klinis di aplikasi itu dan mengantongi rating 98%. Nah, bicara soal aplikasi nih, kalau dihitung-hitung, saat ini setidaknya ada 7 aplikasi konsultansi kesehatan di Indonesia.

Sepintas menjadi konsultan terlihat mudah, kan ada aplikasinya, tapi bagaimana dengan beberapa pertanyaan di bawah ini:

  • Berapa banyak saingan sesama konsultan di aplikasi itu?

  • Bagaimana kontrak atau ketentuan dengan pemilik platform?

  • Bagaimana dengan jasa konsultansi di bidang lain, apakah juga ada aplikasinya?

  • Dan berbagai pertanyaan lainnya

Menumpang dengan platform milik orang mungkin terlihat mudah, tapi tentu saja ada banyak ketentuan dan batasan-batasan. Oleh karena itu, jika ingin meraup rezeki dari bisnis konsultansi ini, kita perlu membuat platform sendiri. Nah, di dunia digital seperti sekarang ini cara terbaiknya adalah dengan menggunakan domain dan website sendiri.

Lantas, bagaimana memanfaatkan domain (dan website) untuk bisnis konsultansi? Beberapa langkah di bawah agaknya bisa kita coba bersama.

Pilih domain unik dan buat sebuah website/landing page di sana

Hal pertama yang perlu dilakukan untuk meraup rezeki dari bisnis jasa konsultansi di era ini adalah membuat platform digital kita sendiri. Kenapa ini penting? Karena pasar yang lebih luas itu ada di internet. Bagaimana tidak, pada tahun 2018 saja, total pengguna internet di Indonesia mencapai 171,17 juta pengguna, ini mencapai 64,8% dari total penduduk Indonesia lho. Penetrasi berdasarkan rentang usianya juga beragam, meski lebih didominasi oleh kalangan milenial.

Besarnya pasar di dunia digital ini tidak bisa diambil jika bisnis kita tidak memiliki kantor virtual atau online-nya.

Kantor ini bisa dibuat dengan domain dan website itu. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mencari domain yang unik dan membuat website/landing page pada domain itu. Cara mencari dan menyewa domain pun mudah lho.

Sebagai contoh, Anda bisa mengunjungi laman Rumahweb, penyedia layanan domain dan Hosting Indonesia berpengalaman. Untuk membeli domain, Anda bisa memulainya dengan mengecek ketersediaan domain di kolom pencaharian di halaman muka laman web Rumahweb (perhatikan gambar di bawah).

Selanjutnya hanya butuh beberapa langkah untuk mendapatkan domain terbaik bagi bisnis Anda. Oh ya, jika kesulitan, Anda bisa menghubungi Customer Service Rumahweb yang siap sedia selama 24 jam–seperti “Orang Rumah” yang selalu ada untuk Anda.

“Tapi bagaimana dengan website-nya?”

Hmm, kabar baiknya Rumahweb memiliki website builder yang mudah digunakan bagi pemula sekalipun. Oleh karena itu, jangan lupa untuk menyewa hostingnya di Rumahweb juga.

Isi website dengan konten-konten edukatif

Setelah memiliki domain dan website, hal selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah mengisi konten di website itu. Pastikan konten yang diisi adalah konten bermanfaat alias memiliki nilai guna bagi pembaca dan calon klien kita, tepatnya konten yang edukatif begitu.

Kok gitu? Iya dong, pasalnya content marketing adalah salah satu strategi dalam pemasaran digital (digital marketing) yang sangat powerful. Konten yang berkualitas juga akan meningkatkan brand image bisnis Anda. Lagi-lagi, soal branding ya.

“Terus gimana cara membuat kontennya? Terlebih jika saya gak bisa menulis.”

Well, memang sih di luar sana banyak jasa penulisan konten, tapi karena ini jasa konsultansi, mau tidak mau Anda harus membuatnya sendiri. Belajar lah teknik menulis sederhana, sisanya adalah bagaimana Anda membagikan informasi dengan terang dan jelas. Percayalah, ini akan mudah karena kita menulis dari pengalaman sendiri. Nah, soal ejaan, itu urusan setelahnya.

Jangan lupa cantumkan portofolio di website tersebut

Selain dua poin sebelumnya, pastikan juga bahwa Anda menyertakan portofolio di website tersebut. Jika misalnya jasa konsultansi yang Anda buka adalah konsultansi keuangan, lampirkan sertifikat yang dapat meyakinkan calon klien bahwa Anda bukan konsultan sembarangan. Sertifikat sebagai financial planner atau apa gitu. Begitu pula dengan sektor yang lainnya. Jika jasa konsultansi itu seputar kepenulisan, lampirkan portofolio seperti sertifikat dan/atau daftar penghargaan yang sudah Anda dapatkan.

“Gak ah, nanti dikira pamer”

Eits, namanya juga lagi usaha branding, memang harus pamer. Lagi pula itu hanya masalah niat kan ya. Jangan pedulikan orang lain yang mencibir, toh yang tahu tulusnya niat di hati hanya kita dan Tuhan saja.

Jangan lupa juga, lampirkan profil dan kontak yang jelas

Satu hal lagi yang tidak boleh Anda lupakan adalah pelampiran profil dan kontak yang jelas di website itu. Ini tidak boleh sampai salah-salah lho. Calon klien yang tertarik untuk mengkonsultasikan masalahnya dengan Anda pasti akan mencoba menghubungi Anda. Mereka akan mencari tahu di mana bisa menemui Anda secara offline, pasalnya ada hal yang hanya bisa dikonsultasikan secara tatap muka saja.

Kontak yang dapat dihubungi juga perlu dipastikan benar. Sebab, sebelum mulai konsultasi biasanya konsultan profesional membuat janji dan penentuan jadwal terlebih dahulu.

Promosikan domain dan website kita di berbagai kesempatan

Terakhir, jangan lupa untuk mempromosikan domain dan website bisnis jasa konsultansi Anda di berbagai kesempatan yang Anda bisa. Ketika sedang bertemu orang lain misalnya. Bisa juga dipromosikan di media sosial—asal tidak berlebihan alias spam.

Selain itu Anda juga bisa mempromosikan domain dan website itu di berbagai media. Dengan stiker di kaca belakang mobil, baju kaos dan sebagainya. Pokoknya bagaimana orang bisa lihat alamat website bisnis konsultansi kita itu.

Contohnya seperti gambar di bawah ini.

Pada akhirnya memang membangun bisnis tidak pernah mudah. Konon, bisnis yang kokoh itu yang dibangun dengan “berdarah-darah” dan butuh keseriusan. Memilih domain dan membuat website dari bisnis adalah salah satu bentuk keseriusan di mana bisnis kita bisa bermula. Khusus di bidang jasa konsultasi, membuat online platform adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Sebab dengan itu kita bisa menjadi mandiri dan profesional.

Jadi, tertarik juga untuk membuka bisnis jasa konsultasi? Cuma ngomong-ngomong doang kita bisa dapat banyak uang lho. Cuma itu bisa dicapai kalau jasa konsultansi kita sudah established dan diakui secara de facto dan de jure. Untuk awal kita perlu berusaha melakukan personal branding dan/atau lembaga. Kesudahannya, jika Anda ingin membuat online platform, layanan domain dan hosting Rumahweb adalah yang saya rekomendasikan untuk Anda.[]

Bagikan yuk:

22 tanggapan pada “Meraup Rezeki dari Bisnis Konsultansi dengan Domain dan Website”

  1. Terima kasih Mbak, mudah2an saya memberikan manfaat ke orang lain dengan gelar baru ini. Terima kasih juga apresiasinya pada artikel ini

  2. Benar Mas. Rate atau harganya bisa kita tentukan sendiri, waktu ketemu kliennya juga. Tapi kalau untuk awalan, kayaknya mesti mulai di harga yang wajar dulu

  3. Nah itu…aku pengen juga bikin web. Tapi blm keidean yg dijual apa? Konsultan desain aja kali ya? Belum² risau, ntar yg ngerjain desainnya siapa? Halah…mulai aja belum udh maju mundur. Tekad aja kayaknya yah kayak kak Fadli.

  4. Web site akan memudahkan kita untul promosi tanpa batasan wilayah ya. Sekaligus membangun branding, dengan mengisinya dengan konten informatif dan berkualitas. Selamat merintis usaha ya ..dan selamat atas wisuda s3nya

  5. Hehehe bener sih menjual omongan tak semudah menjual gorengan. Btw selamat untuk gelar doktornya Mas. Keren deh tingkat pendidikannya. Terima kasih infonya aku jadi mau kepo lebih lanjut soal rumah web ini 🙂

  6. Saya berdoa agar usaha jasa konsultansi berjalan lancar, banyak klien berdatangan.
    Kita lihat startup baru di Indonesia, mereka sering bakar uang di awal-awal usahanya, hal tersebut bertujuan agar banyak orang yang tertarik dengan usahanya.
    Sebagai contoh, banyak ecommerce di Indonesia yang saaat ini masih suka bakar-bakar duit, dengan cara banyak promo yang ditawarkan, bebas biaya ongkir, bebas biaya admin, dsb.

    Mungkin trik tersebut bisa Mas Fadli terapkan juga dengan Jasa yang baru dirintis. Bisa menawarkan jasa dengan tarif harga yang standart/murah dulu.. Lambat laun usaha makin dikenal bisa mulai naikan harga.

  7. Dapetin branding dengan aktif ngisi artikel edukatif dan sharing, seiiring jalannya waktu akan membuat orang mengakui kemampuan kita.
    Portofolio akan makin nambah dari bawah lama2 ke posisi atas.

  8. kredibilitas ditunjang dg memiliki website yg apik ya kak. nama domain kudu bagus, isinya memikat. jd orang yg baru kenal, jd ngeh kalau jasa kita bukan abal2

  9. Wkwk, memang maunya gak jadi pegawai. Tapi tetap butuh pijakan awal.

    Mbak Mia lagi S3? Wah, semoga lancar ya

  10. Iya Mas, kalau tidak bakar duit, bakar tenaga dan waktu. Memang startup (usaha rintisan) mesti dimulai dengan banyak “pengorbanan”

    Terima kasih sarannya Mas

  11. Nah aku pernah tuh mas mikir gitu, buka konsultan pendidikan, soale beberapa kali ngsulin dan emang ditanyain sama adek adek sepupu, sodara2 fitu, bagus lanjut mana abis SMA, aku kasih saran dan mereka ngikut dong, jadi berasa ihh gw cocok nih jadi konsultan pendidikan haha, padahal mah bener harus ada dulu branding diri, siapa kita hehhehe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *