Lompat ke konten
Home » Menanti Situs Microstock Lokal Demi Tingkatkan Konten Lokal dalam Digital Marketing Indonesia

Menanti Situs Microstock Lokal Demi Tingkatkan Konten Lokal dalam Digital Marketing Indonesia

Meski terbilang belum lama terjun di dalam dunia digital marketing, melalui web saya di lamanku.id, saya sudah menangani berbagai pesanan klien dalam pembuatan landing page. Setidaknya sudah puluhan landing page saya buat untuk berbagai produk. Sepanjang pekerjaan itu, ada sebuah kesulitan yang saya alami. Kesulitan itu adalah menemukan konten lokal untuk membuat landing page tersebut.

Bagi Anda yang belum pernah tahu tentang landing page, gampangnya landing page adalah sebuah halaman di mana seseorang dapat mempromosikan produk/jasa yang ia jual. Selain itu, landing page juga dapat digunakan untuk kebutuhan lain seperti penjaringan massa dalam kampanye digital, pendaftaran/rekrutmen peserta didik, pencarian reseller dan dropshipper hingga downliner di bisnis jaringan dan sebagainya.

Tidak hanya digunakan oleh para pelaku bisnis, landing page bahkan juga digunakan oleh politikus. Contoh nyatanya adalah kampanye digital yang dilakukan oleh Barack Obama ketika ia mencalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat beberapa tahun yang lalu. Itu artinya, landing page dan website secara umum menjadi elemen yang mutlak diperlukan untuk menjalankan sebuah kampanye digital marketing. Agaknya itulah yang menjadi sebab banyak orderan yang masuk ke saya, meskipun saya baru mulai bisnis ini sejak Februari 2020 lalu. Alhamdulillah.

Tangkapan layar website Barack Obama didapatkan dari mailchimp.com

Kembali ke topik pembicaraan kita. Jujur, selain memang membuat landing page itu cukup sulit, saya juga kesulitan mencari gambar talent yang berasal dari Indonesia–atau bisa disebut sebagai local talent. Beberapa kali saya “mengobok-obok” situs microstock, meski dengan berlangganan paket premium, sulit untuk menemukan gambar dan ilustrasi local talent untuk dipakai dalam membuat landing page.

“Memang seberapa penting local talent itu?” mungkin itu yang sedang tergambar di pikiran Anda saat ini.

Seperti yang saya bilang tadi, landing page adalah halaman promosi yang tidak hanya berisi informasi mengenai produk/jasa yang dijual, ia juga dilengkapi dengan teks iklan (copywriting) yang dibuat khusus untuk mempersuasi calon pembeli untuk membeli produk/jasa tersebut. Untuk mendukung elemen-elemen yang ada, biasanya juga digunakan gambar orang atau talenta tadi. Jika Anda pernah melihat halaman promosi produk/jasa tertentu, sadar atau tidak, Anda mungkin pernah gambar itu.

Nah, mana yang menurut Anda lebih meyakinkan jika menggunakan talenta lokal daripada talenta luar negeri? Yah, meski saya tidak bilang menggunakan talent luar itu tidak bagus, toh banyak juga brand yang menggunakannya. Hanya saja, akan lebih baik jika menggunakan talenta lokal, bukan?

Contoh penggunaan foto talent dalam desain landing page, sayangnya cuma punya foto talent luar negeri

Konten Lokal dan Sulitnya Menemukan Situs Microstock Indonesia

Meskipun di atas saya “curhat” tentang sulitnya mencari gambar talent lokal, bukan berarti ia tidak ada sama sekali. Jujur, saya memang tidak mencari di semua situs microstock yang ada. Saya hanya mencoba mencari di satu situs yang biaya berlangganannya murah terjangkau untuk seorang digital marketer pemula dan freelancer seperti saya.

Jika saya adalah bagian dari perusahaan atau korporasi, tentu saya bisa mengajukan permintaan untuk berlangganan situs microstock yang lebih mahal komprehensif. Sebagai contoh Shut*erstock, agaknya akan lebih mudah menemukan foto yang saya cari di sini. Hanya saja, meskipun ada konten dengan talent lokal di sana, bukan berarti itu bisa sepenuhnya disebut sebagai konten lokal.

“Nah lho, kok bisa? Memangnya konten lokal itu sebenarnya apa?”

Gampangnya, konten lokal adalah konten yang memuat kearifan lokal atau dibuat dengan sumber daya lokal, baik sumber daya alam, manusia dan teknologinya. Ilustrasinya, jika Anda menemukan ada serial lokal di platform streaming seperti Net*lix, di satu sisi itu mungkin bisa disebut sebagai konten lokal, tapi tidak sepenuhnya. Serialnya memang produksi lokal (bahkan dengan ide cerita dan latarnya) tapi platform yang digunakan bukan platform lokal. Beda hal jika Anda menonton serial Indonesia yang dipublikasikan di platfrom Vid*o, nah itu baru sepenuhnya konten lokal, baik dari serialnya maupun platform streaming atau video on demand-nya.

Nah, balik ke topik kita, profesi saya sebagai blogger dan digital marketer menuntut saya untuk kreatif dalam membuat konten. Memang sih sebenarnya tugas blogger adalah membuat tulisan yang bagus, tapi tulisan yang bagus kalau tidak didukung oleh ilustrasi yang bagus itu sama seperti sayur kekurangan garam. Terkait ini saya pernah kecolongan salah mengambil gambar. Waktu itu saya menulis artikel tentang permainan daerah, saya carilah itu di internet dan saya masukkan ke dalam artikel.

Artikel tersebut tidak dipublikasikan di blog saya, melainkan di web seorang klien karena pada saat itu saya menjadi content writer-nya. Selang beberapa saat setelah artikel itu dipublikasikan dan mulai viral, saya mendapati sebuah komentar dari warganet bahwa foto yang saya ambil salah. Usut punya usut ternyata foto yang saya pakai merupakan permainan dari daerah berbeda namun dengan konsep yang sama dengan artikel saya. Duh, malunya saya waktu itu, sudahlah tidak peduli dengan hak cipta foto, salah pakai foto pula.

Ah, andai kata ada situs microstock lokal yang menjadi sarana untuk berbagi dan berjualan foto atau gambar serta video, saya rasa content creator lokal tidak akan kesulitan untuk mencari materi yang cocok dengan proyek yang mereka garap. Bagaimana menurut Anda? Tapi sayangnya, sejauh pengamatan saya, tidak satupun saya temukan situs yang dirindukan ini. Padahal model bisnis itu sangat potensial di tengah era yang menuju Industri 5.0 ini. Dan tentu saja, memiliki situs microstock lokal memberikan banyak keuntungan bagi kita.

Ternyata jejak digitalnya masih ada

Microstock Lokal Untuk Meningkatan Konten Lokal dalam Dunia Digital Indonesia

Omong-omong, pernahkah Anda pernah menonton serial India? Jika pernah, apa yang menjadikan serial India itu unik? Bukan, bukan nyanyi-nyanyi atau joget-joget yang saya maksud–meskipun itu memang salah satu keunikannya. Namun jika kita perhatikan, selalu ada tokoh perempuan di serial itu yang mengenakan Sari, pakaian khas India.

Sejauh ini, India adalah negara yang sangat konsen atau fokus menghadirkan nilai atau identitas mereka dalam kontel lokal mereka. Pssttt, jangan tanya bagaimana Indonesia, sebab konten-konten lokal kita juga tidak sedikit yang memuat kearifan lokal kok. Untuk ini, saya tidak akan membahas lebih jauh, saya hanya ingin mengatakan bahwa konten lokal tidak sebatas komoditas, melainkan juga identitas.

Jika serial atau drama kita sudah ada platform-nya (jangan tanya apa, karena saya tidak ingin sebut merek), namun untuk konten digital seperti foto dan video agaknya kita masih kekurangan. Artinya, kita perlu dan layak untuk membuat situs berbagi dan berjualan aset foto, ilustrasi, vektor dan video sendiri sebagai wadah untuk menghimpun konten-konten lokal yang tidak hanya bisa digunakan oleh pengguna lokal melainkan juga internasional.

Keberadaan miscrostock lokal tentu saja tidak sebatas direktori dan pustaka aset digital lokal, melainkan juga menjadi sarana atau pasar untuk para kreator lokal untuk mendapatkan penghasilan. Selain itu, para digital marketer, blogger, designer, atau siapapun juga sangat terbantu karena ada satu direktori yang bisa diakses untuk mendapatkan semua konten berbasis lokal baik dengan mudah.

Oh ya, hanya sebagai informasi saja, dikutip dari macrotrends.net, sebuah microstock luar negeri, sebut saja Shut*erstock, bisa memperoleh pendapatan hingga USD 651 juta atau setara 9,7 triliun rupiah selama tahun 2019. Itu artinya, bisnis berjualan aset digital ini bukan perkara yang remeh-temeh, bukan? Hmm, apakah Anda tertarik untuk mencoba bisnis ini?

Terima kasih sudah mampir dan membaca.[]

 

Bagikan yuk:

44 tanggapan pada “Menanti Situs Microstock Lokal Demi Tingkatkan Konten Lokal dalam Digital Marketing Indonesia”

  1. Saya mulai tertarik dengan microstock ini sejak kepikiran “membuang” foto-foto tak terpakai atau sisa untuk blog. Lalu daftar jadi kontributor shat***ock. Eh, beberapa foto diterima. Dari sini mulai lakukan cara mengambil foto yang lebih baik supaya “laku” dijual di microstock

  2. Eh iya ding, minim banget microstock lokal. Kebanyakan dari luar juga sih biasanya. Baca ini jadi nambah wawasan banget.

  3. Ide yang menarik sekali untuk membangun microstock ini, Mas.
    Untuk pilihan Indowebsite sendiri, jika dilihat dari jam terbangnya yang sudah 15 tahun tidak diragukan lagi, dan klien juga merasa nyaman mengetahui mereka menggunakan data center yang berbeda untuk backup.

    Layak untuk dipertimbangkan.

  4. Saya pribadi udah nyadar dari lama sih soal talent lokal ini. Mau kita obok-obok Shutterstock dan sejenisnya pun, yg mewakili Indonesia itu umumnya Bali doang. Cuma tetap saja kesannya jauh lebih seru ketika isinya lebih beragam ya. Saya dukung niiii Ajopiaman bikin Microstock lokal yang Indonesia bingooooo.

  5. Semoga di Indonesia juga dapat mencontoh India ya, jika di India memasukkan pakaian tradisional “Sari” mereka. Kita pun demikian karena di setiap provinsi di Indonesia memiliki ” Batik” yang berbeda motifnya tiap daerah.
    Tentu nya dengan harapan makin banyak nya Situs Microstock local yang dapat di ajak bekerja sama.

  6. Bener banget Kak, suka pusing nyari gambar yang orangnya tuh Asia gitu. Rata-rata para bule yang mejeng manis di sana. Btw kalau bisa jadi kontributor di microstock kek gitu aku juga mau dong hahaha. mulai kumat narsisnya.

  7. Iya juga ya, sering banget kan konten promo brand Indonesia pakai foto dari shutterstock yang kebanyakan talentnya bule’. Bahkan model dengan mulut mangap yang dipakai berbagai provider dan brand itu juga ternyata orang Thailand. Boleh banget nih jika ada penggiat start up yang membuat situs microstock lokal.

  8. iya juga ya … dulu awal2 rame kamera digital, aku sering moto sana-sini, kata temen bagus2. ntah sekarang di mana fotonya, bahkan kameranya!

  9. halo kak fadli,
    yuk yuk kita bikin situs microstock lokal, hehehe. tapi emang bener sih, suka galau kalo lagi butuh image yang kental dengan budaya kita. akhirnya, gambar sendiri atau jepret sendiri. pengen gambar anak lagi baca buku cerita anak indonesia, susah dapet yang free. ujung-ujungnya pakai yang bule di situs gratis.
    bicara soal indowebsite, memang termasuk situs penyedia layanan host dan domain senior ya. belasan tahun! dengan usia yang tak muda itu saya yakin kualitas, fitur dan pelayanan tidak diragukan lagi. eit ada garansi 30 hari lagi. mmm menggoda

  10. Bener banget ini, microstock lokal sangat minim sekali. Jujur saya bahkan nggak tahu. Dulu pas kerja di media besar tahunya ya Shutterstock, AFP, GettyImages hhehehe. Padahal dibutuh bangetnya da Fad.

  11. Gitu ya susah mencari konten lokal, tp semoga cepat ada ya atau kl gak membangun situs microstock aja sendiri bersama Indowebsite, hehe… Btw, saya aja gak bs menjawab saat anak bertanya kenapa kita gak bikin mesin pencari sendiri kayak Korsel, Tiongkok dan negara lain.

  12. Wah harga hosting website di Indowebsite terjangkau ya kak, bisa 6 ribuan saja hitungan perharinya. Ramah di dompet nih, coba mau aku kepoin lebih lanjut ah, kebetulan mau bikin sebuah website baru nih :).

  13. Ayo coba bikin bang, nanti kita bantu isi dengan foto konten lokal hehe selama ini memang banyaknya ya foto orang luar kadang nggak terlalu nyambung dengan artikel dan koeten medsos kita

  14. Menarik banget temanyaaa. Bahkan saya baru tau, bedanya netfl*x dan vidi*

    Plus saya jadi tahu banyak soal kelebihan Indowebsite, jadi pengin pake indowebsite juga.

    Terimakasih ulasannya, Sukses terus utk bisnis mikrostoknya ya pak!

  15. Setuju dengan pendapat teman lain bahwa ada peluang besar yang bisa diambil oleh para pengguna internet di Indonesia untuk mengambil pasar lokal dengan konten dan foto-foto yang memuat orang lokal. Selama ini saya juga sering kesusahan mendapatkan foto-foto yang related dengan artikel yang akan di posting.

  16. Kekurangan local talent ini ternyata bukan aku saja ya yang merasakannya, iya sih bener paling susah nyarinya apalagi utk kebutuhan mendukung blogpost

  17. menarik memang untuk membahas tentang microstock lokal ini, karena selalu ada peluang besar jika memang bisa menggunakan digital marketing. Karena pasar digital sudah mulai marak

  18. Lokalitas ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi blogger dan digital marketer Indonesia. Kebanyakan orang menggunakan gambar pada situs penyedia gambar yang sudah lazim digunakan pada umumnya gambar dari luar negeri.

  19. Kalau microstock luar mungkin moderasinya lumayan ketat ya mbak, kalau ada yang lokal, kayaknya lebih longgar deh

  20. Kayaknya sudah ada yang pernah bikin, tapi bedanya kita dengan Tiongkok, kalau pemerintah Tiongkok memang “mewajibkan” penggunaan produk IT lokal dibanding luar negeri

  21. Dunia digital marketing memang luas ya uda. saya belum ngeh dan jadi pengamat aja. tertarik sama konten lokal karena memang banyak kearifan lokal yang bisa diangkat. PR banget buat kita semua khususnya saya.

  22. Wah mantab banget pembahasannya, saya sering nemu platfom foto-foto seperti itu namun masih asing dengan kegunaan serta manfatanya. Terima kasih sharingnya kak

  23. saya mulai tau dunia microstock dulu dari temen pas ketemu diacara latsar, buset duit nya lumayan bro klo yg udah sukses, buat produk lokal selalu semangat berjuang,,

  24. Saya sedang merintis situs microstock, silakan mampir di vectors.id ya hu.

    Tks artikelnya, senang membaca artikel dan komentar-komentarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *