Kewajiban publikasi di jurnal internasional membuat menjamurnya bisnis “gelap” dalam publikasi jurnal ini. Bisnis gelap apa ya? Terdengar menyeramkan begitu ya. Maksud saya banyak bermunculan publisher atau penerbit jurnal abal-abal yang mengaku terindeks (atau memang terindeks) tapi ternyata termasuk jurnal abal-abal alias predator. Oleh karena itu, saya tertarik menulis tentang ciri dan cara cek jurnal predator ini.
Namun sebelum itu, apa sih sebenarnya jurnal predator itu?
Jurnal predator adalah jurnal yang menjebak para peneliti untuk pada publikasi palsu ataupun tidak berkualitas. Jurnal predator ini juga disebut sebagai predatory journal yang jumlahnya sangat banyak. Peneliti yang terburu-buru dalam publikasi jurnal internasional akan sangat mudah terjatuh dalam permainan penerbit jurnal predator ini. Padahal para peneliti bisa mempublikasikan tulisan di jurnal terindeks Scopus yang caranya pernah saya tulis di sini: Cara Publikasi di Jurnal Internasional Terindeks Scopus
Ciri-ciri Jurnal Predator
Jika Anda adalah seorang peneliti yang dituntut untuk melakukan publikasi, tentu Anda tidak ingin naskah Anda berakhir di jurnal predator, bukan? Ketika sebuah naskah ilmiah dipublikasikan di jurnal predator, nilai naskah itu akan sangat jatuh. Selain itu, publikasi tersebut juga tidak diakui oleh instansi atau juga DIKTI. Untuk itu, Anda perlu mengetahui beberapa ciri-ciri jurnal predator di bawah ini:
Editorial board yang sulit dilacak dan mencurigakan
Ciri jurnal predator pertama yang mudah dilacak adalah editorial board atau tim editornya. Biasanya mereka menggunakan nama-nama antah berantah. Anda bisa melacak nama tersebut di Google Scholar atau Research Gate. Jika ternyata nama itu ditemukan, jangan langsung percaya, bisa jadi mereka mencatut nama. Hubungilah nama tersebut untuk konfirmasi kebenaran perannya di sebuah jurnal yang terindikasi predator tersebut.
Memberlakukan submission fee atau publication fee yang terlalu murah atau terlalu tinggi
Banyak peneliti yang tergiur untuk melakukan publikasi di suatu jurnal hanya karena biayanya murah. Mereka bahkan memasang biaya hanya 50 USD atau sekitar 750 ribu rupiah untuk jurnal internasional yang katanya terindeks. Itu benar-benar harga yang sangat murah. Nah, jika jurnal yang Anda temukan meminta submission fee atau bayaran saat submit kemungkinan besar itu jurnal predator. Sebab pada umumnya jurnal tidak meminta biaya saat submit tetapi saat telah accepted atau biasa disebut dengan article processing charge (APC) atau publication fee.
Nah, jika pun ada jurnal yang memberlakukan APC atau publication fee yang terlalu murah atau terlalu tinggi, Anda berhak curiga. Apalagi jika jurnal tersebut tidak dari penerbit jurnal internasional besar dan bereputasi.
Waktu review jurnal yang sangat singkat
Ciri jurnal predator lainnya adalah waktu review manuskrip yang masuk terlalu singkat. Misalnya sebuah artikel bisa terbit dalam 1 minggu. Padahal untuk membaca dan menelaah sebuah artikel saja umumnya menghabiskan waktu 2 bulan, belum lagi proses pra penerbitan dan sebagainya. Waktu penerbitan artikel yang terlalu singkat menjadi indikator nyata apakah sebuah jurnal itu predator atau tidak.
Artikel yang terbit di jurnal tersebut sering tidak masuk skop
Jurnal predator biasanya juga menerbitkan artikel yang tidak masuk ke dalam skop jurnal tersebut. Anda bisa melihat skop jurnal ini di situs mereka. Satu hal lagi yang berkaitan dengan ini adalah jurnal tersebut tidak spesifik pada satu bahasan alias multidisiplin. Jika Anda menemukan ciri ini pada sebuah jurnal, Anda perlu waspada.
Artikel yang diterbitkan masih banyak kesalahan
Lihatlah artikel yang telah diterbitkan oleh jurnal tersebut. Periksalah kesalahan penulisan dan sebagainya, jika Anda menemukan berbagai kesalahan di sana, itu berarti jurnal tersebut bukan jurnal yang baik alias predator. Jurnal yang baik tidak akan meloloskan artikel dengan kualitas penulisan yang buruk.
Sering muncul di iklan-iklan di mesin pencaharian
Ketika Anda melakukan pencaharian di situs pencari mengenai jurnal yang akan Anda jadikan target publikasi, biasanya di hasil pencaharian akan muncul hasil dengan kode Ad atau Iklan, itu adalah halaman yang dipromosikan dengan membayar kepada Google. Jika Anda cermati, jurnal yang diiklankan itu akan mengumbar hal seperti ini low cost, quick publication, menunjukkan impact factor dan sebagainya. Jika Anda menemukan hal-hal tersebut, hindarilah jurnal itu.
Jumlah artikel sekali issue atau terbit yang tidak wajar
Ciri terakhir dari sebuah jurnal yang bisa dikategorikan predator adalah frekuensi terbitnya yang tidak wajar. Misalnya mereka bisa menerbitkan sebuah issue atau nomor per 1 atau 2 minggu dengan jumlah artikel yang mencapai puluhan hingga ratusan. Jumlah publikasi yang tidak wajar ini bisa mengindikasikan bahwa jurnal tersebut adalah jurnal predator.
Cara Cek Jurnal Predator
Jika tadi saya sudah jelaskan beberapa ciri jurnal predator, tentu akan lebih baik jika kita bisa mengecek apakah sebuah jurnal tersebut memang benar-benar predator atau tidak. Nah, cara mengecek sebuah jurnal itu predator atau tidak sangatlah mudah.
Cek di laman resmi Pangkalan Angka Kredit Dosen DIKTI
Cara pertama yang bisa dilakukan adalah dengan mengecek informasi di Pangkalan Angka Kredit (PAK) DIKTI. Biasanya mereka kerap mempublikasikan jurnal-jurnal yang sudah tidak diakui lagi untuk pengajuan angka kredit. Persoalan penerbitan di jurnal predator akan sangat merugikan bagi peneliti atau dosen karena menguras waktu, tenaga hingga uang mereka. Jadi, jika Anda dosen, saya sangat sarankan untuk selalu merujuk informasi terbaru dari PAK.
Untuk mengakses laman resmi Sitem PAK, jika belum tahu, Anda bisa masuk ke sini : http://pak.ristekdikti.go.id/portal/
Cek di laman Beall List of Predatory Journals
Jeffrey Beall adalah seorang pustakawan berkebangsaan Amerika Serikat yang menjadi terkenal ketika mempublikasikan daftar penerbit akses terbuka predator. Laman resmi miliki J. Beall yang memuat daftar jurnal predator, yang dikenal dengan Beall’s List, tersebut sudah tidak lagi bisa dibuka, namun Anda masih bisa mengecek jurnal predator di halaman copy dari Beall’s Lists tersebut.
Berikut cara cek jurnal predator di Beall’s List :
- Masuk ke halaman web https://beallslist.net/
- Ketikkan atau salin nama penerbit jurnal di kolom pencaharian, jika nama penerbit cocok maka jurnal tersebut terindikasi predator
- Jika Anda ingin mencari berdasarkan nama jurnal, bisa ke sini https://beallslist.net/standalone-journals/
- Ketikkan atau salin-tempel nama jurnal di sana, jika ditemukan berarti terindikasi predator
Cara cek jurnal predator di PredatoryJournal
Sama halnya dengan Beall’s List, ada sebuah situs lainnya yang bisa digunakan untuk mengecek apakah sebuah jurnal terindikasi predator atau tidak. Situs tersebut bisa Anda akses di sini : https://predatoryjournals.com/journals/. Memang tidak ada kolom pencaharian di situs tersebut, tapi Anda bisa menggunakan fitur Crtl+F jika menggunakan PC/laptop atau fitur “cari” pada browser ponsel Anda. Ketikkan atau salin-tempel nama jurnal di kolom pencaharian tersebut.
Nah, itulah beberapa bahasan kita dimulai dengan ciri jurnal predator hingga cara cek jurnal predator. Jurnal predator ini sudah menjadi pasar gelap di dunia akademis, meskipun telah banyak literasi mengenai ini tetap saja ada yang terjebak. Ya, terutama yang terburu-buru untuk melakukan publikasi karena terdesak waktu dan sebagainya. Semoga bahasan singkat ini bermanfaat ya. Jika ada pertanyaan dan sebagainya, jangan sungkan untuk menuliskannya di kolom komentar.[]
Mencerahkan. Terima kasih. Salam sukses, sehat, manfaat barakah.
kalau cek di scimagojr, apakah semua jurnal scopus disana bebas predator?
Tidak ada jaminan semua jurnal yang terindeks Scopus itu tidak predator, ada beberapa jurnal yang sengaja mencari indeks Scopus agar mendapatkan keuntungan lebih banyak, jadi perhatikan juga kecendrungan jurnal itu seperti apa. Apakah jumlah publikasinya normal dan sebagainya, seperti yang saya tuliskan di artikel
Maaf kak mau tanya kalau misal saat di search pada nama penerbit jurnal ternyata predator, tapi setelah dicek dengan nama jurnal ternyata bukan predator. Nah kalau begitu gimana ya kak? Dan juga nama penerbit jurnal itu menerbitkan beberapa jurnal memang terdapat 2 jurnal keluarannya yang predator, namun untuk jurnal tujuan saya tidak predator misal kasusnya seperti itu bagaimana ya kak apakah jurnal yg saya tuju bisa disebut predator juga? Terimakasih.
Bisa jadi belum masuk ke dalam list karena jurnalnya baru dan sebagainya. Coba lihat jurnalnya, dan cocokkan dengan ciri-ciri jurnal predator di atas. Kalau hampir semuanya masuk, saya sarankan untuk tidak memilih jurnal itu sebagai tujuan publikasi.
Terima kasih kembali
maaf mas mau tanya kan saya sudah submit di jurnal yg kriterianya sama ky yg mas sebutin lalu apakah jurnal saya aman? karena saya memilih untuk tidak tf namun jurnal sudah terlanjur saya submit
Jurnal tersebut ada indikasi predator gak mas? Jika ada, saran saya bisa email ke editornya untuk penarikan naskah atau manuscript, lalu kirim ke tempat lain. Jika ditanyakan apa alasan penarikannya, sebut saja ada hal yang harus diperbaiki atau alasan lain, jangan sebutkan kalau alasannya karena kita ragu jurnal terkait terindikasi predator